MIRIS MURID MDA BAITUL IBADAH MENGAJI HANYA BISA DI TERAS SURAU

banner 160x600

riaubertuah.id

PEKANBARU, riaubertuah.id –  Di awal tahun 2005 didirikanlah sebuah surau oleh penggagasnya seorang guru mengaji yang bernama Tuanku Mudo H. Dornes Burhan di Jalan Seroja Desa Kulim sekarang sudah berganti nama Desa Sialang Rampai bersama para 5 orang sahabat sekaligus murid beliau.

Seiring berjalannya waktu mengikuti perkembangan zaman berkat kerjasama dan keinginan yang kuat diantara para sahabat ini agar bisa membantu masyarakat dalam peningkatan pengetahuan agama maka dibuatlah tempat mengaji buat anak-anak di halaman surau tersebut, mulai menerima murid pertama kali diawal tahun 2015. Kemudian atas kesepakatan bersama diberi nama Madrasah Diniyah Tamiliyah Awaliyah (MDTA) Baitul Ibadah, madrasah ini atas saran penggagas tidak dipungut bayaran alias gratis.

MDTA Baitul Ibadah ini sudah mengantongi izin operasional dari Kantor Kementrian Agama Kota Pekanbaru dengan nomor ;5342/Kh.043/PP.008/X/2018 tertanggal 29 Oktober 2018 izin keluar sebulan setelah mengajukan permohonan.

Sampai hari ini sejak awal dioperasionalkan proses belajar mengajar peserta didik berjumlah hamper 50 orang . Namun mirisnya selama itu proses belajar mengajar tetap berada diteras surau saja.

Awak media sesuai penelusuran mencoba meminta keterangan kepada salah satu guru yang mengajar di MDTA Baitul Ibadah yang menurut keteranganya sudah mengajar sejak madrasah ini dibuat oleh para pendirinya.

“Saya menjadi guru disini sudah cukup lama sejak didirikannya MDTA ini, dari anak-anak masih sedikit”, ungkap Nuryaningsih.

“Disini murid tidak dipungut biaya, alias gratis karna ada bantuan langsung dari pengurus yayasan”, katanya lagi.

Saat ditanya murid-murid nyamankah terus belajar hanya menggunakan teras surau saja?

1601957658-RiauBertuah co-IMG-20201006-WA0019

Ini kata Nuryaningsih.

“Sebenarnya sudah pernah pihak yayasan ingin membangun gedung permanen agar murid-murid nyaman dalam belajar dan mengaji, dengan mengumpulkan dana dari donator dalam yayasan sendiri tapi selalu menghadapi kendala”, urainya.

Awak media agak terkejut dengan apa yang telah disampaikan guru wanita tersebut, dan mencoba meminta keterangan kepada pengurus yayasan yang selanjutnya diketahui bernama Yayasan Hidup Sejahtera Mandiri Pekanbaru.

“Iya, Kami dari pihak Yayasan Hidup Sejahtera Mandiri Pekanbaru memang sudah lama ingin mendirikan bangunan permanen untuk para murid MDTA yang belajar diteras surau sesuai dengan amanah yang disampaikan oleh penggagas berdirinya surau dan madrasah ini”, kata Fahril Ummayah Daulay sekretaris di YHSMP.

“Tuanku Mudo H. Dornes Burhan sebagai penggagas berpesan kepada kami semasa beliau masih hidup mengatakan kepada kami makmurkan masjid dan beri tempat untuk anak-anak belajar mengaji mereka generasi muda harus paham agama sejak dari kecil”, imbuh Fahril.

“Madrasah yang dibuat sudah kami urus izin opersionalnya dan kami bermaksud ingin membuat bangunan permanen agar lebih layak proses belajar mengajar peserta didik di madrasah ini, agar anak-anak nyaman belajar mengaji dan bisa paham ilmu agama islam juga”, ucapnya.

“Namun selalu kami mendapat halangan dari oknum yang tidak dapat kami ungkapkan disini, tapi kami sudah mencoba melakukan pendekatan persuasih maupun kekeluargaan ujungnya tidak berhasil, kami menemui jalan buntu”, ungkap Fahril panjang lebar.

“Akhirnya Kami mengadukan perihal ini pada jalur hukum semoga ada titik terangnya karena pada dasarnya kami bersaudara dan kami tidak menginginkan ada keributan, ini masalah pendidikan agama sangat sensitif”, tutupnya siang itu kepada awak media.(tetiguci)