Penyalainews, Solo - Perayaan Tahun Baru Imlek 2018/2569 di Kota Solo memang berbeda dengan kota lainnya. Tak hanya etnis atau budaya Tionghoa, budaya Jawa dan etnis Jawa pun berbaur menjadi satu. Seolah tak ada batas antara mereka yang berkulit sawo matang dan putih.
Akulturasi etnis dan budaya memang sangat kental menjelang perayaan tahun baru China di Kota Solo. Di sekitar Pasar Gede, yang sebagian besar dihuni etnis Tionghoa nampak kemeriahan ribuan lampion, patung shio, dewa yang juga berbaur dengan patung-patung tokoh pewayangan Jawa. Di antaranya patung Wekudoro serta tokoh Punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Akulturasi budaya akan lebih kental saat warga Kelurahan Sudiroprajan menggelar kirab bertajuk 'Grebeg Sudiro'. Suasana hangat toleransi tersaji dalam perayaan tahun baru yang dihelat 11 Februari lalu. Ribuan warga memadati kawasan Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Jenderal Sudirman di depan Pasar Gede dan Balai Kota Solo.
Sembilan gunungan berisi hasil bumi dan kue keranjang diarak di sekitar Pasar Gede. Sembilan gunungan tersebut diantaranya berbentuk miniatur Taman Monumen 45 Banjarsari, rumah dinas wali kota, Loji Gandrung dan miniatur Pasar Gede.
Kemeriahan semakin terasa ketika disajikan atraksi barongsai, reog ponorogo, serta kesenian Jawa lainnya. Usai diarak gunungan kemudian didoakan man menjadi rebutan warga. 4 ribu kue keranjang dibagikan oleh panitia dalam acara bertajuk "Melestarikan Budaya Bangsa, Merajut Kebinekaan" itu.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini puncak perayaan pergantian tahun Imlek, Kamis (15/2) malam, tanpa diwarnai kembang api. Namun, sejak awal Februari kemeriahan Imlek suah terasa. Sekitar 5 ribu lampion menghiasi kawasan pecinan sepanjang 500 meter mulai Bundaran Gladag, kawasan pasar Gede, hingga Jalan Urip Sumoharjo.
Selain 5 ribu lampion bulat merah, dipasang lampion berbentuk 12 shio, neon box 12 shio, lampion 5 shio anjing, lampion Dewa Rejeki, lampion tokoh pewayangan Werkudara dan Punakawan.
"Perayaan Tahun Baru kali ini memang tidak ada kembang api dan petasan. Kami menampilkan atraksi drum, liong dan barongsai menjelang pergantian tahun. Ada pemain 20 drum dari Gilang Ramadhan Studio Drummer yang bermain selama 30 menit tanpa henti, ditambah lampu sorot warna-warni," ujar Ketua Panitia Bersama Solo Imlek, Sumartono Hadinoto, Jumat (16/2).
Sumartono menjelaskan, perayaan Imlek tahun ini juga dimeriahkan dengan Solo Imlek Fair di halaman Benteng Vastenburg mulai Rabu (14/2). Festival menyajikan aneka kuliner, produk craft, fashion show batik, pertunjukkan barongsai, shufa atau seni tuliskaligrafi aksara Tiongoa.
"Rangkaian perayaan Imlek akan diakhiri dengan kirab seratusan liong dan barongsai di Jalan Slamet Riyadi pada saat Cap Go Meh pada pada 4 Maret mendatang," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata, Basuki Anggoro Hexa, menyebut selama ini perayaan Imlek berhasil menaikkan posisi Kota Solo dalam dunia pariwisata. Sejak tiga tahun terakhir, lanjut dia, Imlek menjadi bagian dalam peningkatan potensi wisata.
"Kami targetkan tahun ini 4.750.000 wisatawan asing maupun domestik, naik 250.000 dibanding tahun lalu. Kami optimis tercapai," pungkas Hexa.***red
Merdeka.com