ROKAN HILIR, RIAUBERTUAH.ID - Produktivitas Perikanan di Kabupaten Rokan Hilir mencakup perikanan tangkap dan budidaya. Produksi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir sampai tahun 2019 sebesar 59.006 Ton. Produksi terbesar berasal dari produksi tangkap perikanan laut 55,701 ton (94,40%), perairan umum tangkap 3,226 ton (5,47%) budidaya kolam 58,55 ton (0,10%) dan budidaya keramba 20,62 ton (0,03%). Dibandingkan dengan tahun 2003, produksi perikanan mengalami penurunan 20,573 ton. Penurunan terbesar terjadi pada perikanan laut tangkap 20,330 ton, budidaya keramba turun 243 ton, budidaya kolam turun 9 ton. Sementara produksi perikanan tangkap perairan umum cendrung meningkat 9 ton dari tahun 2003.
Bupati Rokan Hilir, Suyatno AMP selalu menyampaikan setiap dalam kesempatan untuk memberikan perbaikan ekonomi terutama disektor perikanan.
Pemerintah berupaya membangkitkan kembali sektor perikanan sebagai program prioritas. Dimana sektor ini memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan masyarakat Rohil sendiri.
Dari potensi produksi perikanan yang dihasilkan Kabupaten Rokan Hilir, sebagian besar diperdagangkan antar pulau (77%), lokal (16%) dan ekspor (7%). Kemudian tahun 2018 total produksi potensi perikanan budidaya mencapai 47,333 Kg dengan nilai uang sekitar Rp 753,216,000.
Sektor ini bisa terwujud dengan adanya kerjasama dengan instansi terkait yakni Dinas Perikanan. Yang mestinya menjalankan program dengan baik dan serta tepat dengan sasarannya. Sektor perikanan ini tetap dipertahankan dan dibangkitkan selain merupakan program skala prioritas Pemkab Rohil juga dulunya salah satu sektor pernah tertacat pernah membanggakan Indonesia di kancah internasioanal.
Suyatno mengatakan, di sektor perikanan dulunya Rokan Hilir khususnya di Kota Bagansiapiapi ini penghasil ikan nomor 2 setelah Kota Bergen di Negara Norwegia. Pengembangan sektor perikanan Kabupaten Rokan Hilir mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Riau. Salah satunya upaya Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang terus giat mengembangkan budidaya perikanan air tawar.
Seperti di tahun 2017, pengembangan budidaya air tawar yang berpotensi untuk dilakukan pembudiyaan yakni air tawar yang dimanfaatkan untuk budidaya yakni 112,02 Ha dari 37.849 Ha luas potensi Sedangkan untuk air payau pemanfaatan lahan seluas 10,00 Ha dari 8.160 Ha luas potensi dan untuk laut pemanfaatan untuk budidaya seluas 1.600, Ha dari 118.330 Ha luas potensi.
“Dengan melihat luas potensi, Rohils sangat berpotensi untuk melakukan kegiatan budidaya,” kata Bupati Rokan Hilir, H Suyatno AMP. Kegiatan yang budidaya air tawar yang sudah banyak di kembangakan di Rokan Hilir ini adalah ikan lele yang banyak terdapat di Kecamatan Bagan Sinembah, Kecamatan Balai Jaya dan Kecamatan Tanau Putih. Kemudian ada pula ikan Nila yang banyak dikembangkan dan dibudidayakan di Kecamatan Tanah Putih, Kecamatan Bangko, Kecamatan Rimba Melintang, Kecamatan Pujud dan Tanjung Medan.
Lalu ada ikan Selais yang satu-satunya dibudidayakan di Indonesia ada di Rokan Hilir yang berada di Kecamatan Tanah Putih, Kecamatan Rantau Kopar, Kecamatan Pujud dan Kecamatan Tanjung Medan Seiring dengan itu, unggulan Rokan Hilir untuk budidaya air payau ini juga sudah mulai berkembang pada tahun 2017 ini. Salah satunya budidaya udang vaname yang baru di budidayakan di Kepenghuluan Panipahan di Kecamatan Pasir Limau Kapas dan di Kecamatan Kubu. Bukan hanya udang vaname, ikan kakap putih dan kepiting juga sangat cocok untuk dibudidayakan.
Kemudian untuk budidaya kerang batu yang bernama latin Anandara granosa banyak di temukan dan di budidayakan di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Bangko, Kecamatan Sinaboi dan Kecamatan Kubu Babusalam yang wilayah perairannya berlumpur. “Kerang darah hasil potensi wilayah Rokan Hilir ini sudah di teliti di pusat dan hasilnya sangat layak di konsumsi,” kata Suyatno.
Lalu, untuk mengembangkan budidaya kerang darah, pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dengan serius dan benar-benar berupaya maksimal untuk meningkatkan potensi budidaya. Dimana Pemerintah Rokan Hilir ini menyiapkan lahan di tiga daerah pesisir untuk dijadikan pusat Unit Pelaksana Teknis (UPT) pembenihan bibit guna diusulkan ke Dirut Pembenihan Pusat .''Kita sudah mengusulkan lokasi untuk dijadikan UPT pembenihan di daerah pesisir,'' kata Suyatno.
Lokasi yang telah diusulkan untuk dijadikan tempat UPT pembenihan itu, yakni terdapat di daerah pesisir. Yakni di Kepenghuluan Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas dengan luas mencapai 20 hektare. Kemudian di Kepenghuluan Sinaboi, Kecamatan Sinaboi dengan luas mencapai 3 hektare. Serta di Kecamatan Bangko yang luasnya mencapai 2 hektare dan untuk titik koordinat terhadap tiga lokasi lahan itu turut di cantumkan.
Kehadiran UPT pembenihan ini, diharapkan dapat menjawab kebutuhan terhadap kelangsungan budidaya kerang. Harus diakui, budidaya kerang darah yang sudah dilaksanakan di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kubu Babussalam, Sinaboi dan Bangko sudah mengalami peningkatan.
Sedangkan untuk benih kerang yang diperoleh pada kegiatan budidaya itu masih berasal dari alam. Untuk mendapatkan benih Kerang darah yang berasal dari alam ini menemukan beberapa kendala. Namun kendala itu sudah kita usulkan ke pusat untuk menghadirkan pusat pembenihan kerang itu.
Selain UPT yang diusulkan oleh Perintah Rokan Hilir untuk pembenihan, kemudian ada kartu asuransi yang di berikan pemerintah untuk nelayan. Kartu asuransi itu diberikan khusus untuk nelayan yang berguna untuk perlindungan nelayan ketika mengalami musibah kecelakaan di laut, di darat maupun meninggal secara alami.
Bentuk perlindungan yang diberikan berupa biaya santunan bagi nelayan yang meninggal maupun biaya penggantian pengobatan sampai jumlah tertentu. “Apabila nelayan tersebut meninggal dunia sedang melakukan aktifitas di laut, akan mendapatkan santunan dari pemerintah Rp 200 juta. Dan bila mana seorang nelayan tidak melaut, tidak melakukan aktifitas atau meninggal dunia dirumah juga mendapatkan santunan dari pemerintah Rp 200 juta,” kata Suyatno.
Kejadian ini tentunya mempunyai syarat, yakni para nelayan sudah mengantongi kartu asuransi nelayan yang diberikan pemerintan, betul-betul seorang nelayan. Namun, kita berharap harus tetap bisa memperhatikan nasib dari nelayan, apa lagi Rokan Hilir identik dengan nelayan yang begitu banyak sekali. “Tentunya akan terus kita lakukan pembinaan-pembinaan melalui dinas terkait,” kata Suyatno.
Untuk nelayan yang sudah mendapatkan kartu asuransi nelayan di seluruh Kabupaten Rohil jumlahnya 15.000 orang nelayan yang sudah menerima, termasuk Bangko Kubu, Sinaboi, Panipahan, Pasir Limau Kapas, Pulau Halang Depan dan Belakang. Pemberian kartu asuransi nelayan merupakan salah satu upaya nyata pemerintah untuk melindungi para nelayan, baik itu nelayan kecil maupun nelayan tradisional. (Advertorial)