BONO

Tujuh Tahun, Suwarno Tanam Waru untuk Cegah Abrasi Ombak Bono

banner 160x600

riaubertuah.id

Penyalainews, Pelalawan - Bono terkenal dengan keganasan ombaknya yang menggulung hingga puluhan kilometer dari muara Sungai Kampar. Fenomena ini terjadi akibat pasang yang terjadi di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka ketika bertemu dengan muara Sungai Kampar.

Meskipun Ombak Bono ini menjadi daya tarik pariwisata, khususnya bagi pecinta surfing, dampak fenomena ini cukup merusak. Mulai dari ombaknya yang bisa merusak perahu penduduk, tepian Sungai Kampar juga mengalami proses abrasi. Akibatnya selama beberapa tahun terakhir, abrasi akibat Ombak Bono bisa mencapai lebih dari 50 meter per tahunnya.

Selama tujuh tahun terakhir, dilansir dari cakaplah.com seorang petani yang tinggal di Kampung Jawa, Kelurahan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Suwarno melakukan upaya untuk mengatasi abrasi. Pria yang merantau dari pulau Jawa ini menanam tanaman waru yang bisa menahan abrasi akibat Ombak Bono.

"Sudah tujuh tahun lalu saya tanam, dan saat ini sudah ada sepanjang 300 meter yang saya tanam," kata Suwarno Rabu (16/8/2017).

Suwarno pada awalnya melakukan penanaman waru untuk melindungi kebunnya yang ada di tepi Sungai Kampar. Ada banyak kebun dan ternak yang dia miliki di lahan seluas dua hektar tersebut. "Awalnya hanya untuk menahan abrasi di tempat kebun saya, tapi saat ini sudah mulai banyak ditanam juga oleh pemilik lahan lainnya," ungkap pria ini.

Dengan adanya tanaman waru ini, ombak yang menghantam bibir sungai bisa ditahan oleh akarnya yang kuat. Sehingga menurut Suwarno, cara yang dilakukannya cukup efektif mengurangi gerusan Ombak Bono.

Namun sayangnya, pemerintah setempat belum terlalu serius melakukan upaya antisipasi abrasi ini. Suwarno menyebutkan bahwa penanaman waru ini hanya dilakukan oleh masyarakat saja.

"Kalau bisa Pemerintah bisa lebih memperhatikan, sehingga tanah yang ada di Teluk Meranti ini tidak habis karena abrasi," tutup Suwarno (***red)