Bersama ICMI, dr. Suratmin Ajak Seluruh Perangkat Daerah Bersiap Hadapi Era Industri 4.0

banner 160x600

riaubertuah.id

BAGANSIAPIAPI - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Rokan Hilir akan mengadakan kegiatan seminar dan workshop kesiapan pemuda Rokan Hilir dalam menjawab tantangan revolusi Industri pada hari Kamis (12/3/2020) di hotel Grand, Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Dalam kegiatan itu juga, peserta yang diundang sebanyak 40 orang, akan mendapat pembekalan membuat aplikasi berbasis android.

" Dalam seminar itu, peserta wajib membawa perangkat komunikasi berbasis android. Seminar ini sangat penting bagi pemuda yang mewakili OKP dalam menjawab tantangan pekerjaan mereka dimasa depan," kata dr Suratmin, SPa kepada Forletnews.com, Minggu (8/3/2020)

Dia menjelaskan, sering kali kita mendengar istilah revolusi industri 4.0 namun ada yang memahaminya dan ada juga yang masih bingung mengenai apa itu industri 4.0. Menurutnya, revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri merupakan fenomena yang terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi.

Pada awalnya, manusia menghadapi Revolusi Industri 1.0 pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.

Kemudian dilanjutkan dengan Revolusi Industri 2.0 yang terjadi di awal abad ke-20 dengan ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi.

Sedangkan Revolusi Industri 3.0 manusia masih berperan sangat penting dalam proses produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, setelah revolusi industri yang ketiga, manusia tidak lagi memegang peranan penting. Setelah revolusi ini, abad industri pelan-pelan berakhir dan abad informasi dimulai.

" Jika revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot," ujarnya.

Pada Revolusi Industri 4.0, sambungnya, seringkali permasalahan ini diangkat menjadi salah satu topik dalam Debat Capres 2019. Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.

Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing. Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup. Singkatnya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.

" Kita berharap, setiap peserta bisa memahami apa itu industri 4.0 dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari dengan melakukan inovasi berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh dari tutor vendor Radja GO Irwansyah dan Programmer aplikasi android, Muchsin," terangnya.

Dia berharap, panitia seminar yang telah ditunjuk dapat mengundang stake holder yang membutuhkan aplikasi dalam menunjang dan memudahkan pekerjaan mereka. (Red)